AJARAN MAS IMAM KUSUPANGAT
Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia
diberi akal dan nafsu, sedang makhluk lain ada yang hanya diberi akal dana ada
yang hanya diberi nafsu. Nafsu mutmainah adalah berbuat kebaikan (nafsunya
Malaikat), nafsu supiyah adalah iri, dengki (nafsunya syaiton), nafsu aluamah
adalah rakus (nafsunya binatang), dan amarah adalah pemarah (nafsu syaiton).
Dan bersyukurlah manusia diberikan semua keempat nafsu. Namun harus hati-hati
menggunakan keempat nafsu, karena keempat nafsu itu ada keburukan dan
kebaikannya, harus sesuai dengan suasana dan tempat (empan lan papan). Dalam
ilmu Jawa “papat kiblat limo pancer”. Yang empat adalah nafsu dan pancer adalah
diri kita. Jadi bagaimana kita bertindak dalam kehidupan sehari-hari, menuruti
nafsu yang mana. Manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Tuhan YME.
Seperti yang terkutip dalam Al-Qur’an : manusia dan jin diciptakan hanya untuk
beribadah kepadaku.
Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia
diberi akal dan nafsu, sedang makhluk lain ada yang hanya diberi akal dana ada
yang hanya diberi nafsu. Nafsu mutmainah adalah berbuat kebaikan (nafsunya
Malaikat), nafsu supiyah adalah iri, dengki (nafsunya syaiton), nafsu aluamah
adalah rakus (nafsunya binatang), dan amarah adalah pemarah (nafsu syaiton).
Dan bersyukurlah manusia diberikan semua keempat nafsu. Namun harus hati-hati
menggunakan keempat nafsu, karena keempat nafsu itu ada keburukan dan
kebaikannya, harus sesuai dengan suasana dan tempat (empan lan papan). Dalam
ilmu Jawa “papat kiblat limo pancer”. Yang empat adalah nafsu dan pancer adalah
diri kita. Jadi bagaimana kita bertindak dalam kehidupan sehari-hari, menuruti
nafsu yang mana. Manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Tuhan YME.
Seperti yang terkutip dalam Al-Qur’an : manusia dan jin diciptakan hanya untuk
beribadah kepadaku. Sebetulnya letak semua permasalahan didunia ada disini.
Manusia dalam menjalankan segala aktifitas hidupnya harus punya niat untuk
beribadah. Pertama kali semua perbuatan manusia yang dinilai adalah niatnya
sesudah itu baru perbuatannya. Maka dari itu apabila kita hendak menjalankan
aktifitas hidup hendaknya berniat untuk beribadah ” Karena Allah (Lillahi
ta’ala), aku akan menjalankan tugas hidup) Bismillahirohmannirohim”. Apabila
ini semua dapat dilaksanakan maka baru dapat dikatakan manusia berbudi luhur
(dalam Islam disebut bertaqwa). Puncak segala macam ibadah dalam Islam adalah
Taqwa. Manusia berbudi luhur adalah manusia yang berbakti kepada : 1. Tuhan
Yang Maha Esa 2. Kedua orang tua 3. Guru Berbakti kepada Tuhan YME adalah
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangannya seperti yang
tercantum dalam Al-Qur’anul Karim. Namun bagi orang Islam tidak hanya itu dan
lebih baik pula untuk menjalankan sunnah Nabi Muhammad saw. Karena tuntunan
hidup manusia Islam dlam penjabaran dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau
adalah ibarat Al-Qur’an berjalan. Berbakti kepada kedua orang tua adalah juga
merupakan kewajiban kita, karena mereka berdualah kita ada dan keluar ke dunia
ini. Betapa berat mereka (terutama ibu) mengandung kita selama + 9 bulan, serta
membesarkan kita hingga dewasa. Betapa besar pengabdian mereka untuk membimbing
kita, memberikan penghidupan kita, hingga kita dapat hidup mandiri tanpa
bantuan mereka lagi. Pengabdian yang tak dapat diukur berapa jumlah dan
panjangnya. Dan kita tak bisa membalas budinya hingga impas dengan apa yang
mereka berikan kepada kita. (HR. Muslim ” Surga itu ada ditelapak kaki ibu”).
Memahami dari hadits tsb bahwasannya surga itu ada di telapak kaki ibu, betapa
besar dan agung seorang ibu menurut Islam. Hendaklah kita bersujud/sungkem kpd
ibu. Dan kewajiban pula sebagai seorang anak adalah mendoakan kedua orang tua
baik waktu masih hidup maupun sudah meninggal. Terkutip dalam Qur’an
“terputuslah amal perkara seseorang ketika ia mati kecuali tiga perkara :
Sodakoh Jariyah, anak soleh yang mendoakan orangtuanya, ilmu yang bermanfaat.
Berbakti kepada Guru adalah juga merupakan kewajiban kita karena kita telah
bertahun-tahun dibimbing untuk menimba ilmu agar kita pandai, mengerti,
memahami serta mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. “Guru adalah pahlawan
tanpa tanda jasa”. Menilik dari mutiara tsb sangatlah sesuai dengan apa yang
telah diberikan guru untuk kita hingga kita menjadi orang yang bermanfaat bagi
agama, nusa bangsa dan seluruh umat manusia. Guru bukanlah hanya di sekolah
semata namun semua orang yang telah memberikan bimbingan ilmu kepada kita
adalah guru. “Guru digugu lan ditiru” makna yang agung bagi sebutan seorang
guru, karena ia contoh suri tauladan bagi para bimbingannya. Namun tidak
terlepas dari unsur Islam manusia berbudi luhur adalah manusia yang Eling
marang Pangeran Kang Maha Dumadi. Dan perbuatannya dapat dijadikan suri
tauladan bagi sesamannya. Jati diri manusia, ” manunggaling kawulo gusti” dalam
istilah Jawa merupakan ilmu Jawa tingkat tinggi. Manusia yang sudah bisa
merasakan adanya Tuhan dalam dirinya sendiri. Manusia seperti ini dalam segala
tindak tanduknya selalu diilhami oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Apa yang
dikerjakan sesuai dengan apa yang dirasakan. Manusia itu punya bentuk batin
yang tidak kelihatan oleh orang lain namun kelihatan oleh dirinya sendiri.
Namun begitu tidak semua orang bisa melihat bentuk batinnya ini, kalau tanpa
melalui lelaku. Dengan lelaku inilah manusia baru bisa melihat bentuk batinnya
sendiri. Laku ini berat untuk dijalani bagi orang awam. Namun orang yang bisa
menjalaninya berarti orang ini dapat dikatan orang linuwih. Hal laku ini
seperti yang pernah dijalani dalam cerita pewayangan yaitu Brataseno (Bimo)
ketemu Dewa Ruci. Dewa Ruci adalah bentuk batinya Bimo sendiri maka dalam
pewayangan Dewa Ruci digambarkan Bimo kecil (Semua bentuk tubuhnya mirip Bimo
namun kecil). Betapa berat laku yang dijalani Bimo sehingga dia menemui bentuk
batinnya sendiri, sehingga ia bisa “manunggaling kawulo gusti”. Bisa merasakan
adanya Tuhan dalam dirinya.Badan manusia, hartanya semua ini adalah titipan
Tuhan semata yang harus dijaga agar tak diganggu oleh orang lain maupun makhluk
lain. Manusia diberi kepercayaan untuk menjaganya, dan yang dipercaya juga
harus memberikan tindakan nyata atas kepercayaan yang telah diberikan. Yakni
menggunakan badan serta harta untuk tujuan kebaikan, jangan digunakan hanya
untuk kesenangan dan kenikmatan semata, sebab titipan ini tidak untuk dibuat
kesenangan dan kenikmatan akan tetapi digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan
barokah. Agar kelak dikemudian hari apabila titipan ini diambil kembali oleh
yang punya, tidak akan disiksa, karena salah menggunakan titipan. “Manusia
dapat dimatikan, manusia dapat dihancurkan tetapi manusia tidak dapat
dikalahkan selama manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri.” Manusia
dapat dimatikan oleh orang lain kalau ia dibunuh, dapat pula dihancurkan missal
ia dibakar atau digilas akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan kalau
manusia itu masih percaya pada dirinya sendiri (batinnya sendiri). Batin inilah
puncak segala kekuatan manusia karena batin manusia akan selamanya benar, belum
pernah ada cerita kalau batin manusia itu bohong atau salah. Karena memang
batin adalah hati kecil paling dalam yang tak akan pernah berbuat kesalahan,
Hati kecil ini memang diciptakan oleh Allah agar manusia percaya pada dirinya
sendiri sehingga akan terhindar dari bujukan dan rayuan syaiton. Manusia
berbuat benar karena Allah, manusia berbuat salah karena nafsu kemungkaran
hasil bujukan syaiton. Namun sesungguhnya kalau manusia mau percaya pada hati
kecilnya sendiri tentunya tidak akan berbuat salah. Walaupun kita sudah mati
dan berada di alam kubur kebenaran yang ada pada diri kita akan tetap hidup
untuk selamanya, karena kebenaran adalah milik Allah swt. Dan apabila kita mati
dalam kebenaran tentunya hati kita di alam barzah akan mendapat ketenangan dan
kedamaian. Sesuai dengan janji Allah seperti terkutip dlm Qur’an ” Orang yang
berjuang di jalan Allah (kebenaran) akan mendapatkan sorga sebagai
penggantinya” Dalam Islam jati diri manusia ya manusia itu sendiri bentuk lahir
batinnya. Islam tidak mengajarkan manusia untuk menjalankan laku seperti dalam
ilmu Jawa. Bagaimana manusia itu akan bertindak ya dia sendiri yang menentukan.
Manusia hidup sudah ditakdirkan dalam “Lauful Makhfud” Manusia tidak tahu dan
tidak bisa merubah takdir ini. Manusia hanya bisa merubah nasibnya, karena
nasib manusia berada ditangan manusia itu sendiri. Manusia hidup hanya dicipta
untuk beribadah semata, “seperti diatas”. Islam is rasional. Nabi dalam
sunahnya juga tidak pernah mengajarkan manusia untuk bertapa seperti dalam
dongeng. Manusia hanya diwajibkan islah, hijrah (menyendiri, meninggalkan tempat)
apabila dalam suatu kaumnya sudah rusak (tak bermoral) namun sudah diberi
peringatan juga tidak mau berubah. Hanya kita disunahkan untuk banyak berdzikir
dan beribadah. Dalam setiap kesempatan apapun rasanya kita bisa menjalankan
kedua hal tersebut. Namun kadang kita lupa, karena semakin banyaknya kebutuhan
hidup dan semakin rumitnya hidup ini. Jatidiri dalam Islam adalah manusia yang
bertaqwa, karena kunci menjadi manusia Islam sejati adalah Taqwa. Manusia
diahadapan Allah yang dinilai bukanlah harta, isteri, anak, namun hanya
ketaqwaannya. Manusia yang sudah bisa menjalankan perintah serta menjauhi
larangannya. Seperti Nabi atau alim ulama lainnya yang patut dijadikan contoh.
Manusia yang seperti inilah yang sudah bisa menemukan jatidirinya. Nrimo ing
pandum (menerima apa adanya sesuai dengan pemberian rizki dari Allah swt.
Manusia yang tidak iri atau dengki melihat orang mendapat kesenangan dan
kenikmatan. Apabila ia mendapat kenikamatan rizki ia bersyukur dan apabila ia
mendapat kesusahan rizki iapun tetap bersyukur dan tidak mengeluh. Apa yang
dihadapannya dan apa yang dikerjakannya adalah merupakan takdir semata. “Sepiro
gedhening sengsara yen tinampa among dadi coba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar